Friday, December 3, 2010

Satu Pilihan



Kibaran senja di matamu kian memerah, mimpi-mimpi indah berjatuhan sepanjang langkah kecilmu. Menebar keindahan dalam kotaku yang sunyi, dan semakin sepi saat engkau tertidur. Sayang, ingatlah saat kau menyentuhnya dulu, betapa indah senyum itu merona. Disepanjang barisan hari tanpa ada kata menyerah. Namun malam telah terbias, sayang. Dan engkau terpaksa tertidur..

Kini kotaku semakin sunyi. Tanpa tawa riangmu yang sempat meramaikan dulu. Kini hidup pun kian tiada berarti, setelah ingkar mempertemukanku dengan bongkah-bongkah kerinduan yang teramat pedih. Kemudian ilalang mengering, membakar dirinya dengan tawa menyala.

Ketika aku terpaksa membenci takdir, kau datang meredamnya. Ketika aku bangkit tanpa sesiapa, engkau yang meretakkan cermin agar tiada sanggup aku menyadarinya. Kau berusaha membuatku lupa, namun sayang, tak pernah kulihat cinta itu menuai nyata.

Inilah pilihan hidupku yang getir, namun kucoba untuk mencintainya.
Dan engkau pun terbangun, lalu tertawa.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search